31.1.06

The Double Helix

Beberapa hari yang lalu saya baru menyelesaikan membaca buku tulisan James D. Watson, salah seorang penemu struktur DNA yang kemudian turut mendapatkan penghargaan Nobel atas temuannya tersebut. Buku kecil berjudul The Double Helix yang diterbitkan pada tahun 1968 ini merupakan pengisahan penemuan struktur DNA menurut sudut pandang sang penulis.

Seperti yang pernah saya baca atau dengar entah di mana, James Watson sang penulis ini memang agak terlalu terus terang (baca: angkuh); dan demikianlah kesan saya setelah membaca buku tersebut. Francis Crick, rekannya yang bersama dengannya menemukan struktur DNA, digambarkan sebagai "often not appreciated, and most people thought he talked too much" (alinea pertama bab 1).

Demikian pula, dia terang-terangan menggambarkan sosok Rosalind Franklin, rekan wanita ilmuwan (ilmuwati?) yang hasil foto difraksi sinar-X buatannya membuka jalan bagi penemuan struktur DNA oleh Watson dan Crick:

"By choice she did not emphasize her feminine qualities. Though her features were strong, she was not unattractive and might have been quite stunning had she taken even a mild interest in clothes. This she did not. There was no lipstick to contrast with her straight black hair, while at the age of thirty-one her dresses showed all the imagination of English blue-stocking adolescents" (alinea ke-9 bab 2).

Namun demikian, memang benar komentar yang pernah saya baca tentang buku tersebut yang menggambarkan bahwa buku itu menceritakan dengan gamblang kehidupan dunia akademik dan ilmuwan beserta segala intriknya. Buku tersebut menceritakan kehidupan ilmuwan yang tidak selalu serba "lurus" dan sederhana, sama seperti kehidupan orang-orang berprofesi lain pada umumnya. Kerja sama, perselisihan, persaingan, kegagalan, hubungan atasan dan bawahan, urusan pribadi; semuanya mewarnai kehidupan ilmuwan-ilmuwan barat pada awal tahun 1950-an yang diceritakan di buku tersebut. Perlu diingat bahwa Watson dan Crick menemukan struktur DNA dengan "jalan pintas" berdasarkan karya ilmuwan-ilmuwan sebelum mereka yang sudah bertahun-tahun meneliti molekul tersebut.

Selain itu, saya harus mengakui bahwa saya menyukai akhir buku tersebut. Mungkin agak tipikal Amerika Serikat, buku ini berakhir bahagia; Watson dan Crick menerbitkan artikel tentang penemuan struktur DNA, kelompok ilmuwan lain yang sebelumnya selama bertahun-tahun juga menyelidiki DNA ikut dilibatkan, dan "perang dingin" yang berlangsung antara Rosalind Franklin dan duo Watson-Crick terselesaikan dengan damai. Epilog buku tersebut juga menggambarkan penghormatan Watson kepada Franklin yang meninggal dunia pada usia 37 tahun pada tahun 1958 (sehingga tidak dapat turut dianugerahi penghargaan Nobel atas penemuan struktur DNA pada tahun 1962).

Saya jadi penasaran, adakah usaha penerjemahan buku tersebut ke dalam bahasa Indonesia? Pasarnya kurang kali ya.

Acuan:
Watson, J.D. (1968) The Double Helix: A Personal Account of the Discovery of the Structure of DNA. New York: Penguin Group.


...dan omong-omong...

Labels: ,

0 Comments:

Post a Comment

<< Home