Kekerasan dengan "restu" Tuhan
EurekAlert!: When God sanctions violence, believers act more aggressively
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa membaca naskah keagamaan yang menggambarkan kekerasan dapat meningkatkan perilaku agresif, terutama bagi orang yang mengaku taat. Mungkin hal tersebut dapat menjelaskan mengapa orang dapat melakukan kekerasan dengan alasan atas nama Tuhan atau agama.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa media yang menggambarkan kekerasan memang dapat meningkatkan agresivitas, terutama bila orang mengidentifikasikan diri dengan tokoh yang digambarkan melakukan kekerasan, dan bila kekerasan tersebut tampak dibenarkan (misalnya bila korban kekerasan tersebut digambarkan layak menerima nasibnya). Penelitian yang dilakukan di Utah, Amerika Serikat, dan Amsterdam, Belanda ini berusaha meneliti efek serupa pada media yang berupa teks keagamaan.
Dalam penelitian ini, para peserta penelitian diberi suatu bacaan yang menggambarkan kekerasan, yaitu pembunuhan seorang wanita yang dilanjutkan dengan balas dendam oleh suami wanita tersebut. Separoh sukarelawan diberi tahu bahwa bacaan tersebut diambil dari Alkitab, sedangkan separoh lainnya diberi tahu bahwa bacaan tersebut diambil dari naskah kuno temuan arkeolog. Selain itu, separoh dari masing-masing kelompok tersebut diberi bacaan dengan versi berisi tambahan kalimat yang menunjukkan bahwa Tuhan memerintahkan umat-Nya untuk menyerang pelaku kekerasan tersebut. Semua peserta tersebut telah terlebih dahulu memberikan keterangan mengenai kepercayaan (atau ketidakpercayaan) terhadap Tuhan.
Setelah diberi bacaan tadi, para peserta dilibatkan dalam uji untuk mengukur tingkat agresivitas. Mereka dipasang-pasangkan untuk berkompetisi mengerjakan suatu tugas sederhana dan diberi tahu bahwa pemenangnya dapat "menggempur" lawannya dengan suara melalui headphone sampai senyaring 105 desibel, atau setara dengan alarm kebakaran.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa para peserta menyerang lawannya dengan bunyi yang lebih nyaring—dengan kata lain, menjadi lebih agresif—bila peserta tersebut diberi tahu bahwa teks yang mereka baca berasal dari Alkitab ataupun bila teks bersangkutan menyebut-nyebut Tuhan yang memerintahkan hukuman terhadap pelaku kekerasan. Selain itu, peningkatan agresivitas tersebut tampak lebih besar terjadi pada peserta yang mengaku diri percaya kepada Tuhan daripada pada peserta yang mengaku ateis. Dengan demikian, penelitian ini mendukung hasil penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu bahwa orang dapat menjadi agresif bila terpapar pada media yang menceritakan kekerasan maupun kekerasan yang dibenarkan.
Namun demikian, hasil penelitian tersebut tidak berarti bahwa membaca teks keagamaan yang menceritakan kekerasan akan otomatis meningkatkan agresivitas. Para peneliti tersebut membahas bahwa hanya bila konteks kekerasan dalam teks keagamaan yang difokuskan, seperti dalam penelitian ini, agresivitas akan meningkat.
Bentuk pdf siap terbit artikel jurnal laporan penelitian tersebut dapat diperoleh dari sini.
...dan omong-omong...
...selengkapnya
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa membaca naskah keagamaan yang menggambarkan kekerasan dapat meningkatkan perilaku agresif, terutama bagi orang yang mengaku taat. Mungkin hal tersebut dapat menjelaskan mengapa orang dapat melakukan kekerasan dengan alasan atas nama Tuhan atau agama.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa media yang menggambarkan kekerasan memang dapat meningkatkan agresivitas, terutama bila orang mengidentifikasikan diri dengan tokoh yang digambarkan melakukan kekerasan, dan bila kekerasan tersebut tampak dibenarkan (misalnya bila korban kekerasan tersebut digambarkan layak menerima nasibnya). Penelitian yang dilakukan di Utah, Amerika Serikat, dan Amsterdam, Belanda ini berusaha meneliti efek serupa pada media yang berupa teks keagamaan.
Dalam penelitian ini, para peserta penelitian diberi suatu bacaan yang menggambarkan kekerasan, yaitu pembunuhan seorang wanita yang dilanjutkan dengan balas dendam oleh suami wanita tersebut. Separoh sukarelawan diberi tahu bahwa bacaan tersebut diambil dari Alkitab, sedangkan separoh lainnya diberi tahu bahwa bacaan tersebut diambil dari naskah kuno temuan arkeolog. Selain itu, separoh dari masing-masing kelompok tersebut diberi bacaan dengan versi berisi tambahan kalimat yang menunjukkan bahwa Tuhan memerintahkan umat-Nya untuk menyerang pelaku kekerasan tersebut. Semua peserta tersebut telah terlebih dahulu memberikan keterangan mengenai kepercayaan (atau ketidakpercayaan) terhadap Tuhan.
Setelah diberi bacaan tadi, para peserta dilibatkan dalam uji untuk mengukur tingkat agresivitas. Mereka dipasang-pasangkan untuk berkompetisi mengerjakan suatu tugas sederhana dan diberi tahu bahwa pemenangnya dapat "menggempur" lawannya dengan suara melalui headphone sampai senyaring 105 desibel, atau setara dengan alarm kebakaran.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa para peserta menyerang lawannya dengan bunyi yang lebih nyaring—dengan kata lain, menjadi lebih agresif—bila peserta tersebut diberi tahu bahwa teks yang mereka baca berasal dari Alkitab ataupun bila teks bersangkutan menyebut-nyebut Tuhan yang memerintahkan hukuman terhadap pelaku kekerasan. Selain itu, peningkatan agresivitas tersebut tampak lebih besar terjadi pada peserta yang mengaku diri percaya kepada Tuhan daripada pada peserta yang mengaku ateis. Dengan demikian, penelitian ini mendukung hasil penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu bahwa orang dapat menjadi agresif bila terpapar pada media yang menceritakan kekerasan maupun kekerasan yang dibenarkan.
Namun demikian, hasil penelitian tersebut tidak berarti bahwa membaca teks keagamaan yang menceritakan kekerasan akan otomatis meningkatkan agresivitas. Para peneliti tersebut membahas bahwa hanya bila konteks kekerasan dalam teks keagamaan yang difokuskan, seperti dalam penelitian ini, agresivitas akan meningkat.
Bentuk pdf siap terbit artikel jurnal laporan penelitian tersebut dapat diperoleh dari sini.
...dan omong-omong...
- Suntingan di Wikipedia hari ini: KRI Dewaruci, Pinisi, Kapal bantalan udara.
Labels: berita, penelitian, psikologi
...selengkapnya