3.1.07

"Gen" sumbang

Mungkin Anda pernah tahu seseorang yang pandai sekali menyanyi, lagu apa saja bisa dinyanyikannya persis seperti penyanyi aslinya atau bahkan lebih bagus. Tapi, mungkin juga Anda pernah mendengar orang yang berusaha keras menyanyi bagus tapi ''nadanya ke mana-mana'' alias sumbang. Ternyata kemampuan seseorang untuk membedakan nada sumbang dalam musik itu merupakan faktor keturunan. Setidaknya demikianlah menurut buku yang sedang saya baca.

Berdasarkan penelitian pada subjek banyak pasangan-saudara-kembar, tim peneliti si penulis buku menemukan bahwa pitch perception atau kemampuan menangkap nada sumbang tersebut 80% terwariskan. Artinya kira-kira, pada seratus pasangan kembar, 80 pasangan sama-sama mampu (atau tidak mampu) menangkap nada sumbang, sementara pada 20 pasangan lainnya kemampuan atau ketidakmampuan tersebut hanya dimiliki salah seorang dari pasangan kembar. Kemampuan menangkap nada sumbang tersebut ditentukan dari respons subjek terhadap 24 lagu populer yang dimainkan secara benar atau secara sumbang.

Dikatakan juga bahwa satu dari 20 orang sama sekali tidak mampu membedakan nada, yaitu sama sekali salah dalam menentukan apakah lagu yang dimainkan sumbang atau tidak, sementara satu dari empat orang kurang mampu menangkap nada. Sementara itu, kebanyakan orang dapat menentukan secara benar sumbang atau tidaknya 19-22 lagu dari kedua puluh empat lagu tersebut. Hanya 10% dari seluruh subjek yang dapat menentukan dengan benar kesumbangan semua lagu yang dimainkan.

Kata penulis juga, sebenarnya kita semua memiliki kemampuan meniru nada secara sempurna pada saat dilahirkan. Kemampuan ini, bersama kemampuan untuk menangkap segala jenis bunyi yang dapat dihasilkan orang lain, mungkin membantu manusia berkomunikasi dengan ibu masing-masing pada waktu bayi. Namun kemampuan menangkap nada secara sempurna tersebut tidaklah bertahan lama, kecuali mungkin pada beberapa orang berbakat.

Mozart adalah salah seorang yang terkenal memiliki kemampuan menangkap nada secara sempurna, bahkan memiliki memori sempurna akan nada (tala mutlak). Pada umur tiga tahun ia dikatakan sudah mampu membunyikan akord, umur empat tahun memainkan musik singkat, dan umur lima tahun menulis konserto. Saya ingat pernah juga membaca bahwa Mozart biasa menggubah karyanya secara lengkap di dalam pikirannya, sebelum lalu menyalin utuh secara tertulis karya tersebut hanya dari memorinya. Ayah Mozart, Leopold, juga seorang pemusik; mungkin dari dialah bakat tersebut berasal.

Lalu bagaimana dengan satu dari 20 orang tadi? Apa mau dikata, namanya juga faktor bawaan. Jadi kalo nanti denger pengamen atau peserta audisi Indonesian Idol yang nyanyinya fals, harap maklum aja, emang dari sononya gitu kali.


...dan omong-omong...

Labels: , ,

0 Comments:

Post a Comment

<< Home