Keroyokan mencari obat malaria
Science Daily: From Sheffield To Singapore, International Computing Grid Battles Malaria
Bayangkan bila Anda harus mencari sesuatu yang sulit sekali ditemukan (contoh klasiknya: mencari jarum di tumpukan jerami). Berkemungkinan besar akan lebih mudah bila Anda melakukannya bersama banyak orang, masing-masing orang mencari di sebagian kecil tumpukan jerami tersebut. Tapi bagaimana bila tumpukan jeraminya sebesar Himalaya? Tentu Anda akan membutuhkan banyak sekali orang untuk mencari bersama dengan Anda. Itulah kira-kira yang telah dilakukan para ilmuwan dari 27 negara untuk mencari obat untuk malaria.
Para ilmuwan tersebut tergabung dalam proyek WISDOM (World-wide In Silico Docking On Malaria), proyek ambisius yang memiliki visi untuk menggunakan teknologi informasi terkini dalam proses penemuan obat. Proyek ini didasarkan pada teknologi komputasi grid, yaitu salah satu bentuk teknik komputasi terdistribusi yang memanfaatkan kemampuan komputasi secara sekaligus banyak komputer yang terhubung dalam suatu jaringan (dalam hal ini, internet). Dengan kemampuan komputasi yang tinggi tersebut, para ilmuwan yang tergabung dalam proyek ini berusaha mencari obat yang tepat untuk malaria dengan cara menyeleksi senyawa-senyawa kimia berdasarkan kecocokannya dengan protein tertentu dari Plasmodium, parasit penyebab malaria. Senyawa kimia yang "cocok", yaitu mampu berikatan dengan protein tersebut, diharapkan dapat menghalangi kerja protein parasit itu dan dengan demikian menjadi kandidat obat malaria.
Hal serupa pernah dilakukan oleh proyek ini pada tengah tahun 2005 dan 2006; yang pertama untuk malaria, sementara yang kedua untuk flu burung. Proyek pertama telah menghasilkan tiga kandidat obat baru untuk malaria yang kini sedang diteliti di laboratorium klinis. Sementara itu, proyek ketiga ini, yang berlangsung 1 Oktober sampai 31 Januari lalu, telah memanfaatkan sekitar 5000 komputer dari seluruh dunia (termasuk Korea Selatan, Singapura, dan Thailand) untuk menyeleksi sekitar 140 juta senyawa kimia dan menghemat waktu 420 tahun, dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan bila digunakan hanya sebuah komputer. Kabarnya, mereka kembali akan melakukan proyek serupa pada tahun 2007 ini dengan target flu burung.
...dan omong-omong...
Bayangkan bila Anda harus mencari sesuatu yang sulit sekali ditemukan (contoh klasiknya: mencari jarum di tumpukan jerami). Berkemungkinan besar akan lebih mudah bila Anda melakukannya bersama banyak orang, masing-masing orang mencari di sebagian kecil tumpukan jerami tersebut. Tapi bagaimana bila tumpukan jeraminya sebesar Himalaya? Tentu Anda akan membutuhkan banyak sekali orang untuk mencari bersama dengan Anda. Itulah kira-kira yang telah dilakukan para ilmuwan dari 27 negara untuk mencari obat untuk malaria.
Para ilmuwan tersebut tergabung dalam proyek WISDOM (World-wide In Silico Docking On Malaria), proyek ambisius yang memiliki visi untuk menggunakan teknologi informasi terkini dalam proses penemuan obat. Proyek ini didasarkan pada teknologi komputasi grid, yaitu salah satu bentuk teknik komputasi terdistribusi yang memanfaatkan kemampuan komputasi secara sekaligus banyak komputer yang terhubung dalam suatu jaringan (dalam hal ini, internet). Dengan kemampuan komputasi yang tinggi tersebut, para ilmuwan yang tergabung dalam proyek ini berusaha mencari obat yang tepat untuk malaria dengan cara menyeleksi senyawa-senyawa kimia berdasarkan kecocokannya dengan protein tertentu dari Plasmodium, parasit penyebab malaria. Senyawa kimia yang "cocok", yaitu mampu berikatan dengan protein tersebut, diharapkan dapat menghalangi kerja protein parasit itu dan dengan demikian menjadi kandidat obat malaria.
Hal serupa pernah dilakukan oleh proyek ini pada tengah tahun 2005 dan 2006; yang pertama untuk malaria, sementara yang kedua untuk flu burung. Proyek pertama telah menghasilkan tiga kandidat obat baru untuk malaria yang kini sedang diteliti di laboratorium klinis. Sementara itu, proyek ketiga ini, yang berlangsung 1 Oktober sampai 31 Januari lalu, telah memanfaatkan sekitar 5000 komputer dari seluruh dunia (termasuk Korea Selatan, Singapura, dan Thailand) untuk menyeleksi sekitar 140 juta senyawa kimia dan menghemat waktu 420 tahun, dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan bila digunakan hanya sebuah komputer. Kabarnya, mereka kembali akan melakukan proyek serupa pada tahun 2007 ini dengan target flu burung.
...dan omong-omong...
- Suntingan di Wikipedia hari ini: Banjir, Komputasi terdistribusi, Waduk.
Labels: berita, bioinformatika, medis
0 Comments:
Post a Comment
<< Home