15.2.07

Raksasa farmasi buka data untuk semua

Forbes: Biology Goes Open Source

Perusahaan besar mungkin memang terkenal ketat menjaga rahasia perusahaannya, termasuk perusahaan obat yang menjaga ketat data penelitiannya. Dan semua tentu berorientasi profit. Mungkin itu juga salah satu pemicu ketidakrelaan Indonesia membagi sampel virus flu burung bagi pihak lain. Tapi ternyata ada pula perusahaan farmasi yang justru membuka data penelitiannya tentang genetika penyakit diabetes mellitus bagi ilmu pengetahuan.

Novartis, raksasa farmasi asal Swiss yang bekerja sama dengan pihak-pihak akademi dari Swedia dan Amerika Serikat, telah melakukan penelitian untuk mengetahui gen-gen manusia mana saja yang berkaitan dengan penyakit diabetes mellitus tipe 2. Hasil penelitian yang rencananya akan diterbitkan (mustinya pada jurnal ilmiah) tersebut dapat diakses bebas di situs web proyeknya.

Pada penelitian tersebut, data genetik 1500 orang pasien diabetes mellitus dibandingkan dengan data genetik 1500 orang sehat (semua subjeknya berasal dari Swedia). Dengan membandingkan sekitar 500.000 situs genetik atau gen, dapat dilihat gen mana yang umumnya ditemui aktif atau tidak aktif pada penderita diabetes. Dengan demikian, para ilmuwan lalu dapat memfokuskan diri lebih lanjut pada gen-gen yang berkaitan dengan diabetes mellitus tersebut. Itulah mengapa hasil penelitian tersebut dibuka kepada publik, seperti umumnya hasil penelitian ilmiah lain yang terbuka bagi kalangan ilmiah untuk dapat ditindaklanjuti.

Selain meneliti keterkaitan genetik terhadap diabetes mellitus tipe 2, penelitian tersebut juga digunakan untuk melihat keterkaitan genetik yang berhubungan dengan glukosa tubuh, obesitas, lipid, dan tekanan darah.


...dan omong-omong...

Labels: , , ,


...selengkapnya

6.2.07

Keroyokan mencari obat malaria

Science Daily: From Sheffield To Singapore, International Computing Grid Battles Malaria

Bayangkan bila Anda harus mencari sesuatu yang sulit sekali ditemukan (contoh klasiknya: mencari jarum di tumpukan jerami). Berkemungkinan besar akan lebih mudah bila Anda melakukannya bersama banyak orang, masing-masing orang mencari di sebagian kecil tumpukan jerami tersebut. Tapi bagaimana bila tumpukan jeraminya sebesar Himalaya? Tentu Anda akan membutuhkan banyak sekali orang untuk mencari bersama dengan Anda. Itulah kira-kira yang telah dilakukan para ilmuwan dari 27 negara untuk mencari obat untuk malaria.

Para ilmuwan tersebut tergabung dalam proyek WISDOM (World-wide In Silico Docking On Malaria), proyek ambisius yang memiliki visi untuk menggunakan teknologi informasi terkini dalam proses penemuan obat. Proyek ini didasarkan pada teknologi komputasi grid, yaitu salah satu bentuk teknik komputasi terdistribusi yang memanfaatkan kemampuan komputasi secara sekaligus banyak komputer yang terhubung dalam suatu jaringan (dalam hal ini, internet). Dengan kemampuan komputasi yang tinggi tersebut, para ilmuwan yang tergabung dalam proyek ini berusaha mencari obat yang tepat untuk malaria dengan cara menyeleksi senyawa-senyawa kimia berdasarkan kecocokannya dengan protein tertentu dari Plasmodium, parasit penyebab malaria. Senyawa kimia yang "cocok", yaitu mampu berikatan dengan protein tersebut, diharapkan dapat menghalangi kerja protein parasit itu dan dengan demikian menjadi kandidat obat malaria.

Hal serupa pernah dilakukan oleh proyek ini pada tengah tahun 2005 dan 2006; yang pertama untuk malaria, sementara yang kedua untuk flu burung. Proyek pertama telah menghasilkan tiga kandidat obat baru untuk malaria yang kini sedang diteliti di laboratorium klinis. Sementara itu, proyek ketiga ini, yang berlangsung 1 Oktober sampai 31 Januari lalu, telah memanfaatkan sekitar 5000 komputer dari seluruh dunia (termasuk Korea Selatan, Singapura, dan Thailand) untuk menyeleksi sekitar 140 juta senyawa kimia dan menghemat waktu 420 tahun, dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan bila digunakan hanya sebuah komputer. Kabarnya, mereka kembali akan melakukan proyek serupa pada tahun 2007 ini dengan target flu burung.


...dan omong-omong...

Labels: , ,


...selengkapnya

1.2.07

Sampo natural oil tumbuhkan payudara anak laki-laki

NewScientst: Natural oils gave young boys breasts

Young boys, hati-hati menggunakan sampo atau losion berbahan natural oil. Penelitian di Amerika Serikat ini menunjukkan bahwa penggunaan sampo ataupun losion badan yang mengandung minyak lavender atau minyak dari pohon teh dapat menimbulkan pertumbuhan payudara pada anak laki-laki. Bahan-bahan tersebut menimbulkan efek demikian diduga karena bersifat mirip hormon seks wanita, estrogen.

Gynecomastia, yaitu pembesaran payudara pada pria, memang dapat terjadi pada remaja pria usia puber atau sesudahnya. Namun demikian, subjek kasus ini adalah tiga bocah laki-laki berusia empat, tujuh, dan sepuluh tahun yang belum memasuki usia puber.

Penelitian itu menyebutkan bahwa minyak-minyak tersebut bekerja dengan meniru estrogen dan menghambat sinyal hormon pria. Dikatakan bahwa kedua zat tersebut merupakan zat pertama yang ditemukan memiliki sekaligus kedua aktivitas tersebut, walaupun memang sifat-sifat itu juga dilaporkan dimiliki oleh beberapa jenis minyak esensial lainnya.

Efek minyak-minyak tersebut terhadap wanita sendiri belumlah diketahui. Dan untunglah, penghentian penggunaan produk-produk berbahan zat-zat tersebut ternyata melenyapkan efek sampingnya. Para peneliti menduga bahwa efek samping negatif tersebut dapat muncul setelah dosis minimum tertentu.


...dan omong-omong...

Labels: ,


...selengkapnya